Tak bisa kupungkiri, banyak sekali pelajaran hidup yang aku dapatkan dari pekerjaan ini. Proyek sebuah PLTU di Bangka Belitung , proyek yang statusnya Kejar Tayang, karena masyarakat sudah hampir tidak sabar lagi menanti kehadiran listrik di rumah mereka. Bayangkan, dulu pertama kali aku menginjakkan kaki di pulau ini. Hampir 2 hari sekali mati lampu, mungkin bagi penduduk yang domisilinya di Pulau Jawa, gangguan ini disebabkan rata-rata karena pemeliharaan, beda dengan status Pulau Bangka yang statusnya kurang daya. Artinya daya listrik yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu dan peralatan listrik penduduk pulau bangka lebih tinggi dari pada daya yang dimiliki pembangkit listrik.
Barangkali aku sudah mulai mencapai titik jenuh berada di proyek ini, karena aku sudah menginjak 1 tahun bahkan lebih bekerja disini. Namun setiap kali aku melihat pekerja kasar yang entah kenapa rata-rata berasal dari Jawa, semangatku kembali. Aku melihat seorang ayah yang sudah entah berapa bulan tidak pulang menemui anaknya ke rumah karena upah yang minim dan ongkos perjalanan serta biaya hidup yang mahal disini. Aku melihat kakek-kakek yang masih kuat memanggul kayu yang beratnya berkilo-kilo dipundaknya, aku melihat seorang pemuda yang menurutku masih pantas untuk duduk di bangku sekolah menengah , harus rela menghabiskan waktunya untuk bekerja di proyek ini. Setiap melihat orang-orang itu, aku merasa tersindir, mengapa aku yang diberi kesempatan untuk duduk di tempat yang lebih layak sebagai owner proyek ini malah malas-malasan, jenuh, tidak serius mengurus proyek ini. Nampaknya jiwa bersyukurku mulai menipis sedikit demi sedikit. Yah sampai detik ini aku berharap Allah masih memberiku kesempatan untuk memberikan kontribusiku yang terbaik di proyek ini.. amien
Proyek PLTU 3 Babel, 1 April 2011
Barangkali aku sudah mulai mencapai titik jenuh berada di proyek ini, karena aku sudah menginjak 1 tahun bahkan lebih bekerja disini. Namun setiap kali aku melihat pekerja kasar yang entah kenapa rata-rata berasal dari Jawa, semangatku kembali. Aku melihat seorang ayah yang sudah entah berapa bulan tidak pulang menemui anaknya ke rumah karena upah yang minim dan ongkos perjalanan serta biaya hidup yang mahal disini. Aku melihat kakek-kakek yang masih kuat memanggul kayu yang beratnya berkilo-kilo dipundaknya, aku melihat seorang pemuda yang menurutku masih pantas untuk duduk di bangku sekolah menengah , harus rela menghabiskan waktunya untuk bekerja di proyek ini. Setiap melihat orang-orang itu, aku merasa tersindir, mengapa aku yang diberi kesempatan untuk duduk di tempat yang lebih layak sebagai owner proyek ini malah malas-malasan, jenuh, tidak serius mengurus proyek ini. Nampaknya jiwa bersyukurku mulai menipis sedikit demi sedikit. Yah sampai detik ini aku berharap Allah masih memberiku kesempatan untuk memberikan kontribusiku yang terbaik di proyek ini.. amien