Sabtu, 17 Juli 2010

Ketika takdir Allah tidak sesuai keinginan

Ketika takdir Allah ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, pilihan yang tersedia hanya dua. Menangisi, menyesali, dan menyalahkan takdir yang tidak berpihak pada diri kita atau mensyukuri nikmat yang sudah dikaruniakan sebelumnya. Menyesal dan sedih itu diperbolehkan karena memang hal itu manusiawi, namun penyesalan yang berlarut-larut akan membuat diri kita lupa atas nikmat yang sudah Allah berikan.

Sahabat, ingatlah, Allah menguji kita dengan musibah atau masalah sesuai dengan batas kemampuan kita. Karena hanya DIALAH yang Maha Tahu sisi positif dan titik terlemah yang dimiliki dari setiap hamba-Nya. Ada sebagian orang yang lemah ketika Allah ambil hartanya. Disisi lain , ada pula sebagian orang yang lemah ketika Allah ambil orang yang paling disayanginya. Itupun bertingkat, setahap demi setahap sesuai kadar keimanan kita. Mungkin kita sering miris melihat saudara muslim kita diuji oleh Allah dengan harta yang sangat terbatas, membayangkan bagaimana perasaannya. Tapi kita tidak tahu apa yang difikirkannya, boleh jadi orang yang kita fikirkan tadi malah merasa sangat berkecukupan karena dia memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain baik itu istri yang setia, anak yang sholeh, kesehatan yang senantiasa terjaga dan lain sebagainya.

Itulah mengapa, sebuah ukuran fisik yang terlihat mata tidak bisa dijadikan parameter apakah seseorang itu bahagia atau tidak. Bagi kita mungkin berat namun boleh jadi bagi orang lain hal itu ringan. Yah, apapun itu, percayalah. Allah sudah menyiapkan skenario hidup kita dengan indah. Ikuti saja dengan penuh rasa sabar dan syukur. Wallahua'lam bishowab.

Site Office

Tidak ada komentar:

Posting Komentar