Kamis, 23 Desember 2010

Tarbawi, majalah penyejuk hati

Tarbawi, sebenarnya sudah lama aku mengenal majalah ini melalui seorang tante yang menjadi aktivis Tarbiyah di Boyolali beberapa bulan yang lalu. Beliau bilang majalah ini majalah bagus untuk dibaca. Saat itu aku belum tertarik , hingga kemudian aku diberi kesempatan oleh Allah untuk bekerja di sebuah Pulau bernama Bangka. Saat dimana hati ini gersang atas siraman rohani dan tidak ada aktivitas positif, saat itulah aku menemukan sebuah majalah penyejuk hati yang dikenalkan kembali kepadaku oleh Ustad Ahmad Bastari. Kebetulan Ustad Ahmad juga seorang distributor majalah islami sekaligus owner Toko Buku Islami , Bursa Al-Fatih, yang kuketahui adalah satu-satunya Toko Buku Islami di Pangkalpinang.

Tanpa basa-basi, segera saja kudaftarkan diri ini untuk berlangganan majalah tersebut . Hingga saat ini, aku masih setia memegang majalah berukuran 21 x 15 cm itu. Kecil-kecil, cabe rawit, tipis-tipis tapi mampu memberikan semangat dan taujih yang dapat menjernihkan pikiran dan menyejukkan hati.

Thanks Allah, Engkau sudah mengenalkanku dengan majalah ini.

Jumat, 17 Desember 2010

Merindukan Saat-saat itu

Entah sudah berapa lama aku menginjakkan kaki di Pulau Serumpun Sebalai ini aku tidak tahu atau memang pura-pura tidak tahu. Aku merindukan saat-saat itu , saat-saat dimana aku duduk melingkar bersama sahabat-sahabatku untuk mendengarkan taujih/ nasehat kebaikan dari senior yang menjadi suri tauladan. Mahasiswa disana menyebutnya dengan liqo' atau mentoring lanjutan.

Aku jadi ingat Radik, koordinator liqo' yang tiada bosan sms temen2 untuk dateng liqo, Very Senopati Abdillah yang suka nyindirin temen2 masalah munakahat, Cahyo Utomo yang sesekali mengantuk waktu liqo', Roji yang sok pendiem dan kalem tapi selalu dateng liqo tepat waktu, Eka Fitriyadi masih dengan gayanya yang suka senyum, Prima Kurniawan , biasa dipanggil Prima dan temen satu gengnya ( Geng Baskoro : red ) Ardianto Eskaprianda ( wah masih inget juga nama lengkapnya, semoga tidak salah hehe ) yang suka usil. Ryan , pakar IT dengan belalang tempurnya yang sering jadi bahan sindiran, Arief , Deka , dan Hasyim dan beberapa orang yang kadang ikut-kadang tidak. Serta yang paling utama Akh Dimas, selaku murobbiku.

Aku merindukan saat-saat itu, saat-saat dimana kami saling mengingatkan ketika sudah tiba waktu shalat, saling curhat masalah kampus, keluarga, pribadi, pelajaran. Kenangan indah itu masih aku kenang sampai sekarang, aku berharap suatu saat nanti aku bisa bertemu dengan mereka dengan keadaan yang lebih baik. Kalau perlu ngadain mentoring lagi bareng2 dengan murobbinya akh dimas hehe... Semoga suatu saat nanti...

Temen2 liqo, I miss U guys

Air Anyir, 17 Desember 2010